LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA
Nama : Erik Angga Saputra
Npm : E1C011025
Judul : Identifikasi Lipid / Lemak
Hari Tanggal : Selasa,
Mei 2012, 14:00 – 15:30 wib
Dosen : Yosi Fenita.Mp
Co Asst : Sukriyanto
Sri Maryati Lubis
LABORATORIUM
TEKNOLOGI INDUSTRI
PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lipid merupakan
senyawa yang banyak dijumpai di alam. Senyawa ini dapt diperoleh dengan jalan
mengekstraksi bahan-bahan alam baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan dengan pelarut
non polar seperti petroleum eter, benzena, kloroform, dll. Dilihat dari
strukturnya senyawa lipid ini tidak larut dalam air. Senyawa lipid diberi nama berdasarkan sifat fisiknya ( kelarutan ) dari pada secara
struktur kimianya. Secara umum lipid dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu “lipid
sederhana” dan “lipid komplek”. Termasuk golongan lipid
sederhana adalah senyawa-senyawa yang tidak mempunyai gugus ester dan tidak
dapat dihidrolisis. Golongan ini meliputi steroid. Golongan lipid
komplek tersusun oleh senyawa-senyawa yang mempunyai gugus ester dan dapat
dihidrolisis. Golongan ini meiputi minyak, lemak,
dan lilin.
- Minyak
Minyak / lemak merupakan lipid terdapat dalam jumlah bsar di alam. Kegunaan
bahan ini dalam kehidupan sehari-hari cukup luas seperti bahan penggorengan,
bahan pengencer cat, dll. Dari segi kimia lipid dapat dipandang sebagai senyawa
turunan ester dari gliserol dan asam-asam lemak tinggi.
Minyak umumnya diperoleh dari bahan-bahan tumbuhan maupun bahan hewan. Minyak
dari tumbuhan dikenal dengan minyak nabati. Minyak/lemak hewan diperoleh dari
memanaskan jaringan lemak, sedangkan minyak tumbuhan diperoleh dengan dua cara.
Cara pertama dengan menggunakan panas dan pengempresan, sedangkan cara kedua
menggunakan proses ekstrasi pelarut. Dari cara-cara tersebut diperoleh minyak
dengan komposisiyang terdiri dari :
1 Lipid komplek (
lisitin, sepalin )
2 Sterol
3 Asam-asam lemak
bebas
4 Pigmen-pigmen
terlarut dalam minyak
- Steroid
Steroid juga termasuk lipid yang banyak dijumpai di alam. Termasuk dalam
golongan steroid diantaranya senyawa-senyawa sterol, sapogenin, dan
hormon. Struktur senyawa ini pada dasarnya mempunyai cincin
siklopenta-perhidrodfenantren. Dari senyawa-senyawa steroid. Sterol merupakan
senyawa yang paling banyak ditemukan di alam. Pada umumnya senyawa ioni
ditemukan dalam bentuk sterol bebas, sterol berkaiatan dengan glikosida, atau
sterol yang berbentuk ester.
Dari kelompok sterol, kolesterol, merupakan salah satu yang paling meimpa.
Senyawa ini ada dalam hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Kolesterol ini hanya
terdapat pada lemak binatang. Sterol dapat dijumpai dalam beberapa minyak
seperti minyak kedele, minyak teh, minyak kopi dan minyak ergot. Senyawa sterol
merupakan senyawa senyawa alkohol dengan beberapa berat molekul tinggi yang
terjadi dalam fraksi lemak yang tidak tersabunkan. Untuk mendapatkan sterol
dapat dilakukan dengan jalan menyabunkan minyak kedele kotor dan diikuti
ekstrasi dengan pelarut eter. Ekstrasi ini untuk mengambil bahan-bahan yang
tidak ikut tersabunkan termasuk di dalamnya sterol. Lapisan eter selanjutnya
diuapkan dan diganti dengan petroleum eter dan dilakukan penjenuhan dengan uap
air untuk mengendapkan sterol kotor. Sterol yang diperoleh dapat diuji dengan
reaksi pembentukan warna yang spesifik.
Reaksi pembentukan warna dari sterol dapat terjadi utnuk senyawa sterol yng
mempunyai rantai jenuh. Dalam identifikasi ini dikatakan positif apabila test
dengan Liebermann-Buchard memberikian warna hijau. Intensitas warna hijau sangat
bergantung banyaknya sterol yang ada. Warna hijau kebiruan sampai hijau
diperoleh apabila larutan sterol dalam kloroform ditambah asam sulfat pekat.
- Sifat Fisika dan Kimia Lipid
Untuk mengetahui komposisi penyusun lipid dapat dilakukan dengan pengujian
sifat fisika dan kimia suatu minyak juga dipakai untuk keperluan identifikasi
jenis minyak dan penilaian mutu minyak/lemak. Pada umumnya pengujian sifat ini
meliputi sifat penyabunan, titik leleh, warna minyak, kelarutan dalam pelarut
organik, jumlah ikatan rangkap atau derajat ketidak jenuhan, ketengikan, asam
lemak basa, bilangan iod dan bilangan peroksida. Pengujian ini dapat bersifat
kuantitatif maupun kualitatif.
1 Kelarutan
Suatu kelarutan
dapat larut dalam pelarut tertentu apabila mempunyai polaritas yang sama.
Senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar. Minyak dan lemak
meruapakan senyawa non polar sehingga senyawa ini mudah larut dalam pelarut non
polar seperti kloroform, karbon disulfida, karbon tetraklorida, dsb. Kelarutan
dari minyak/lemak perlu diketahui untuk menentukan dasar pemilihan pelarut
dalam pengambilan minyak dengan ekstrasi minyak/lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak. Untuk asam-asam lemak yang berantai pendek dapat mudah larut
dalam air. Semakin panjang rantai asam lemak kelarutan dalam air akan
berkurang. Sebagaicontoh asam kaprilat pada suhu 300 C mempunyai
kelarutan 1 gram dalam 100 ml air sedangkan pada suhu yang sama untuk asam
stearat mempunyai kelarutan 0,00034 gr/ml air. Untuk asam lemak tidak jenuh
sangat mudah larut dalam beberapa pelarut organik dibanding dengan asam lemak
jenuh. Perbedaan kelarutan asam lemak ini juga sering dipakai sebagai dasar
untuk melakukan pemilihan pelarut dalam proses rekristalisasi.
2 Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan
didefenisikan sebagai jumlah miloigram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1
gram lemak atau minyak. Bilangan ini juga menyatakan indek berat molekul suatau
minyak. Jika asam lemak yang terdapat dalam minyak mempunyai berat molekul
rendah ( rantai pendek ) maka jumlah gliseridanya semakin banyak. Hal ini
menyebabkan bilngan penyabunan meningkat.
Lemak yang
mengandung komponen yang tidak tersabunkan seperti sterol mempunyai bilangan
penyabunan rendah. Namun untuk minyak yang mengandung asam lemak tidak jenuh
tinggi memnpunyai bilangan tinggi. Tingginya bilangan penyabunan ini disebabkan
ikatan tidak jenuh dapat terolsidasi menghasilkan senyawa bergugus fungsi
karbonil yang pada akhirnya dapt juga beraksi dengan alkali.
3 Kerusakan Lemak dan
Minyak
Kerusakan
lemak/minyak sering ditandai munculnya perubahan bau dan flavor ( cita
rasa ) dalam lemak atau bahan makan yang mengandung lemak. Ada beberapa
penyebab kerusakan miinyak antara lain karena pengaruh enzim yang merusak
lemak,pengaruh mikroba dan reaksi oksidasi oleh oksigen udara. Kerusakan karena
enzim dapat terjadi apabila terdapat enzim lipase yang mampu menghidrolisis
lemak sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak yang
dihasilkan dalam proses hidrolisis ini akan dapat mempengaruhi bau dan flavor
lemak. Asam lemak bebas yang mudah menguap, dengan jumlah atom karbon C-4, C-6,
C-8, dan C-10 menimbulkan bau tengik dan rasa tidak enak.
1.2 Tujuan Praktikum
Ø Percobaan ini
bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa lipid dan lemak secara
kualitatif dan kuantitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu Lipid didefinisikan sebgai
senyawa organic yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organic non polar sperti suatu hidrokarbon atau dietil eter
( Fessenden & Fessenden,1982)
Lipid adalah senyawa yang
merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang mengandung
gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic
se[erti eter, aseton, kloroform, dan benzene (Salirawati et al,2007)
Lipid tidak memiliki rumus
molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa golongan yang berbeda.
Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi menjadi
beberapa golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid ( Salirawati et
al,2007)
Lemak secara kimiadiartikan
sebagai ester dari asam lemak dan gliserol. Rumus umum lemak yaitu:
R1,R2,dan R3 adalah
rntai hidrokarbin dengan jumlah atom karbon dari 3 sampai 23, tetapi yang
paling umum dijumpai yaitu 15 dan 17 (Salirawati et al,2007).
Lemak dan minyak adalah
trigliserida atau triasilgliserol,kedua istilah ini berarti “triester (dari)
gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada
temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar
gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan
cenderung berupa minyak (fessenden & fessenden, 1982)
Lemak digolongkan berdasarkan
kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun penggolongannya adalah asam lemak
jenuh dan tak jenuh (Salirawati et al,2007).
Lemak yang mengandung asam-asam
lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak
hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih
dominan (Salirawati et al,2007).
Asam lemak tak jenuh adalah asam
lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di identifikasi
dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk
asam lemak jenuh (Salirawati et al,2007).
Dengan reagen HubI’s Iod yang
berupa larutan iod dalam alkohol dan mengandung sedikit HgCl2, maka
kemungkinan hilangnya warna iod akan berbeda untuk penambahan jenis minyak yang
berbeda, karena kandungan ikatan rangkap setiap jenis minyak memang berbeda.
Semakin banyak ikatan rangkap semakin cepat warna iod hilang, karena berarti
seluruh I2 telah digunakan untuk memutuskan ikatan rangkap (
Salirawati et al,2007).
Derajat ketiakjenuhan dinyatakan
dengan bilangan iodin, yaitu jumah garam yang dapat diserap oleh 100 gram lemak
untuk reaksi penjenuhan. Semakin besar bilangan Iodin semakin tinggi
ketidakjenuhannya ( Salirawati et al,2007).
Dengan proses hidrolisis lemak
akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan
menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Contohnya hidrolisis gliseril
tristearat akan menghasilkan gliserol dan asam stearat (salirawati et al,2007)
Proses hidrolisis yang
menggunakan basa akan menghasilkan gliserol dan sabun. Oleh karena itu sering
disebut reaksi penyabunan (Saponifikasi). Apabila rantai karbon pendek, maka
jumlah mol asam lemak besar, sedangkan jika rantai karbon panjang, jumlah mol
asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram
lemak disebut bilangan penyabunan (Salirawati et al,2007)
Besar kecilnya bilangan
penyabunan tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon. Semakin pendek
rantai karbon, semakin kecil bilangan penyabunannya (salirawati et al,2007)
Jika digunakan NaOH maka akan
dihasilka sabun yang bersifat lebih keras atau biasa disebut “sabun cuci”,
sedangkan jika digunakan KOH maka dihasilkan sabun yang lebih lunak atau biasa
disebut “sabun mandi”. (Salirawati et al,2007)
Diantara sekian banyak jenis
Minyak, manyak kelapalah yang paling sering digunakan. Minyak kelapa diperoleh
dari ekstraksi terhadap. Minyak kelapa kasar mengandung komponen bukan minayk
seperti fosfatida, gum, sterol (0,06%-0,8%), tokoferol (0,003%) dan asam lemak
nenas kurang dari 5% .
Menurut ketaren(1986), warna pada
minyak disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen warna alam karoten yang merupakan
hidrokarbon tidak jenuh. Sedangkan menurut Kisshenbuar (1960), warna pada
minyak selain disebabkan oleh zat warna karoten juga disebabkan oleh kotoran
lain karena asam-asam lemak dan gliserida murni tidak berwarna.
Karoten merupakan hidrokarbon
sangat tidak jenuh dan tiak stabil pada suhu tinggi. Karoten tidak dapat
dihilangkan dengan proses oksidasi, walaupun minyak sampai menjadi tengik,
tetapi dapat diserap oleh beberapa absorben, sehingga minyak tidak berwarna
lagi (Ketaren, 1986).
Minyak kelapa berdasarkan
kandungan asam lemaknya digolongkan dalam minyak asam laurat, karena kandungan
asam lauratnya paling besar, yaitu 44-52% dalam minyak. Berdasarkan tingkat
ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan iod, maka minyak kelapa dapat
dimasukkan kedlam golongan non drying oil, karena bilangan iod minyak
berkisar antara 7,5-10,5. (Ketaren, 1986).
Asam lemak jenuh minyak kelapa
kurang lebih 90%. Minyak kelapa mengandung 84% trigliserida dengan tiga molekul
asam lemak jenuh, 12% trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4%
trigliserida denganasam lemak jenuh (ketaren,1986).
Sifat fisik Minyak kelapa yang
terpenting adalah tidak mencair tahap demi tahap seperti lemak yang lain akan
tetapi langsung berubah menjadi cair, hal ini disebabkan karena titik cair asam
lemak penyusunnya bedekatan, asam lemak laurat 44○C,asam lemak miristat
54○C, asam lemak palmitat 63○C. Dengan demikian
plastisitasa trigliserida juga terbatas (Murdijati gardjito,1980).
BAB III
METODELOGI
3.1 Bahan dan alat
Bahan kimia / segar
yang digunakan :
- Minyak Kelapa sawit
- Minyak kelapa segar
- Margarin
- Mentega
- Urea
- Alkohol
Panas
Alat - alat
praktikum
- Tabung reaksi
- Penjepit tabung reaksi
- Gelas ukur 5 ml
- Pipet ukur 10 ml
- Gelas piala 250 ml
- Spatel
- Batang pengaduk kaca
- Rak tabung reaksi
- Pipet ukur 5 ml
- Kawat kasa
- Penangas air
- Blender
- Gelas piala 100 ml
- Kaca arloji O 5 cm
- Pipet tetes
3.2 Prosedur kerja
- UJI KELARUTAN
- Sediakan 4 tabung dan tempatkan
dalam rak
- Ke dalam masing-masing tabung
reaksi dimasukkan 2 ml eter, kloroform, benzen, alkohol panas, alkohol
dingin, asam encer, alkali encer dan air
- Selanjutnya ke dalam tiap-tiap
tabung reaksi ditambahkan 4-5 tetes minyak kelapa
- Tutupmulut tabung reaksi dengan
ibu jari dan gojoklah selama I menit
- Biarkan selama 5 menit
- Amati perubahan yang terjadi dalam
tebung reaksi
B.UJI ASAM-BASA
- Celuplah kertas lakmus ke dalam
bahan percobaan
- Lihat perubahan yan terjadi
C.UJI KETIDAK JENUHAN
- Masukkan kira-kira 1 ml bahan
percobaan dalam tabung reaksi bersih
- Tambahkan tetes demi tetes larutan
I2 sambil dikocok
- Lihat perubahan dan perbedaan yang
terjadi antara bahan yang satu dengan yang lainnya.
D.UJI NODA
- Masukkan 2 ml campuran alkohol
eter ke dalam tabung bersih dan tambahkan sedikit (2-3 tetes) bahan
percobaan, kemudian kocok kuat-kuat sampai semua bahan larut
- Teteskan campuran tersebut pada
kertas saring dan tulis dan biarkan pelrut menguap
- Lihat noda yang terbentuk
- Cuci nodanya dengan air
- Keringkan kembali kertasnya, dan
perhatikan nodanya
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Ø Hasil Pengamatan Uji Kelarutan
No
|
Pelarut
|
Minyak Kelapa
|
Minyak Kelapa
Sawit
|
Margarin
|
Mentega
|
1
|
Eter
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
2
|
Kloroform
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
3
|
Asam encer
|
Tidak Larut
|
Tidak Larut
|
Tidak Larut
|
Tidak Larut
|
4
|
Alkohol Panas
|
Larut
|
Tidak Larut
|
Larut
|
Larut
|
5
|
Alkali Encer
|
Tidak Larut
|
Tidak Larut
|
Tidak Larut
|
Tidak Larut
|
Ø Hasil Pengamatan Uji Asam-Basa
No
|
Bahan Percobaan
|
Asam ( Ph<7 )
|
Basa ( Ph<7 )
|
Netral ( Ph<7
)
|
1
|
Minyak kelapa sawit
|
Asam
|
||
2
|
Minyak kelapa segar
|
Asam
|
||
3
|
Margarin
|
Asam
|
||
4
|
mentega
|
Asam
|
||
5
|
Asam Dual
|
Asam
|
|
|
Ø Hasil Pengamatan Uji Ketidak Jenuhan
No
|
Bahan yang diuji
|
Noda
Setelah Dicuci
|
|
Hilang (+)
|
Hilang (-)
|
||
1
|
Minyak kelapa
sawit
|
Kuning
|
|
2
|
Minyak kelapa
segar
|
Hilang (Putih Bening)
|
|
3
|
Margarin
|
Ungu
|
|
4
|
mentega
|
Tidak Hilang
|
|
5
|
Asam Oleat
|
|
Tidak Hilang
|
Ø Hasil Pengamatan Uji Noda
No
|
Bahan yang diuji
|
Noda
|
Setelah Dicuci
|
||
Kertas Saring
|
Kertas Tulis
|
Kertas Saring
|
Kertas Tulis
|
||
1
|
Minyak kelapa
sawit
|
Tidak Ada
|
|||
2
|
Minyak kelapa
segar
|
Tidak Ada
|
|||
3
|
Margarin
|
Ada
|
|||
4
|
mentega
|
Ada
|
|||
5
|
Asam Oleat
|
Ada
|
|
|
4.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan pada uji kelarutan, uji penyabunan, uji noda, dan asam
basa terlihat jumlah dan perbedaan lipid/lemak memilki sifat-sifat tersendiri
pada bahan yang diujikan, yaitu minnyak kelapa sawit, minyak kelapa segar,
margarin dan mentega akan berubah warnanya setelah ditetesi oleh zat-zat yang
telah dilakukan pada percobaab diatas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Lemak memiliki sifat-sifat yang khas yaitu tidak larut atau sedikit larut dalam
air dan dapat diekstrasi dengaan pelarut non-polar seperti chloroform, eter,
benzene, heksana, aseton dan alcohol panas. Lemak mempunyai banyak fungsi
biologis yang sangat menunjang kehidupan organism, antara lain berperan dalam
transport aktif sel, penyusun membrane sel, sebagai cadangan energy dan
isolator panas, sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K. lemak dapat mengalami
reaksi hidrolisis, ketengikan, hidrogenasi, penyabunan dll.
5.2 Saran
Untuk selanjutnya semoga percobaan yang belum dicoba bisa dilakukan, agar tidak
lebih bisa memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Budha,K.1981. Kelapa dan hasil pengolahannya.
Denpasar: Fakultas teknologi dan
pertanian Universitas
Udayana.
·
Fessenden dan Fessenden.1982.Kimia Organik II,edisi
ketiga.Jakarta: Erlangga
·
Garjito,M.1980.Minyak:Sumber,penanganan, pengelolahan,
dan pemurnian.
Yogyakarta: Fakultas Teknologi
pertanian UGM
·
Ketaren.1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak
pangan.Jakarta:Universitas
Indonesia press
·
Salirawati et al.2007.belajar kimia menarik.
Jakarta: Grasind
·
Trilaksani,W.2003.Antioksidan Jenis,
Sumber, Mekanisme Kerja, dan peran terhadap
kesehatan. Laporan
penelitian.Bogor:IPB/diakses pada 05 Juni 2012/ 23:22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar